"Dear, Canopus ku dulu..
Apa kau kira aku tidak
menggerang kesakitan, ketika aku melihat kau dengan mantan kekasihmu tetap
berhubungan? Sayang, aku tahu sifatmu, kita ditakdirkan lahir saat bunga
larkspur dan gladiola berganti, aku tahu betul sifatmu. Karena kamu adalah
cerminanku. Hanya saja kamu kurang greget dalam hidup, tidak sepertiku yang
mempunyai aliran merah pada tubuh jenis kedua.
Kamu tahu sayang, memang
betul aku masih belum bisa melupakan seseorang yang dulu ada di hatiku, namun itu hanya diotakku,
tanpa perwujudan! Ketika setiap gerak yang membuatku mengobrak-abrik memori
indahku dulu, namun aku hanya bisa diam. Karena aku tahu, aku sadar, aku
menghargai, bahwa aku memiliki belahan jiwaku sekarang.
Tidak sepertimu!!!
Kau seakan-akan tidak mempunyai
rasa, tidak tau apa itu cinta, apa itu sayang. Kau hanya tebar busa-busa kata
cinta dari mulutmu. Tanpa penghayatan! Seakan-akan wanita itu sama.
Duh sayang, mengapa aku
bisa jatuh dipelukmu? Disisi lain, aku bangga bisa mendapatkanmu, tapi disisi
lain, aku seakan-akan gampangan, dengan gampang kau dapatkan. Aku suka menjadi pusat
perhatian. Dimana ketika aku berjalan denganmu, semua menoleh, bertanya-tanya
dan mulai menyorak. Dari situ aku menang, tapi terkadang, aku malu jalan
denganmu, berjalan dengan lelaki bekas orang lain.
Sayang, taukah engkau,
betapa aku ingin membuatmu bertekuk lutut padaku, membuatmu takut kehilanganku, membuatmu tidak
mencintai wanita selain aku. Tapi pada dasarnya engkau kail tajam! Sekali
masuk, beberapa wanita terkait padamu. Tidak sempurna, tapi kamu berwibawa. Jiwa
kepemimpinanmu indah. Ini yang kuidamkan darimu.
Engkau pantas menjadi
pemimpin, pemimpin hatiku misalnya. Namun kau keras kepala, sama sepertiku. Itu
yang membuatku sedikit tidak bergairah dalam berhubungan denganmu. Ketika
argumen saling kita lempar, disitu kita tidak akan menemukan titik
penyelesaian, atau yang sering kita sebut conclusion, jika salah satu dari kita
tidak mengalah.
Sayang, sebenarnya aku
masih nyaman denganmu, hanya saja aku takut ketika engkau berbicara masalah
pernikahan. Tidak sedikitpun terbesit diotakku untuk menikah denganmu.
Pernah aku membaca
“berhati-hatilah dengan wanita ambisius, cerdas, dan keras kepala. Dia akan
bisa hidup tanpa lelaki (suami) atau tidak menyukai lelaki tetapi juga bukan
lesbian”. Namun sedikit banyak itu yang kurasakan sekarang. Bisa juga ini
merupakan doktrin dari keluargaku. Paham feminism sudah mewabah dalam
keluargaku. Sehingga otakku, mau tak mau sudah tercuci sempurna. Aku lebih
bebas jika tidak bersamamu, bisa lompat kesana kemari, tanpa pengawasan, tanpa
konsiliasi, ataupun perjanjian. Aku merasa bisa hidup tanpamu, tanpa bantuan
orang lain yang dalam tanda kutip sebagai lelaki. Saya bisa menghidupi diriku
sendiri. Itu yang bahaya!
Tapi pada dasarnya aku
memang begitu, dan payahnya, engkau membenci cara pandangku yang seperti itu.
Ya Tuhaaaaaann… Mohon ampun! Susah sekali menyatukan jalan pikiran kita.
Kita berbeda
dalam perinsip sayang!
Itu yang membuat
kita harus berpisah. Dimana aku memandang hidup untuk hidup kembali, bukan
sepertimu yang memandang hidup untuk mati. Meskipun kau juga kadang
berpandangan sepertiku, naman kau cenderung tidak seperti itu.
Berapa kali aku
bilang “ALLAH itu maha, sayang. Terlebih, maha membolak balik hati”. Bagaimana
jika aku sudah memberikan semuanya padamu, namun kau bukanlah jodohku, bukanlah
suamiku?
Jika kau
berpikiran bahwa aku selalu berpikir negatif, maka aku akan menyalahkanmu
sepenuhnya!
Manusia itu
tidak tahu takdir. Apakah baik, atau buruk. Namun yang pasti manusia
berjaga-jaga, bukan? Jika manusia mendapatkan takdir baik, maka
“Alhamdulillah”. Lalu? Jika manusia itu mendapatkan takdir yang buruk? Nah!
Kita hanya bisa mengantisipasinya dari awal kan?
Jika bisa, akan
ku intip bukuku di lauhul mahfuz, apakah engaku jodohku atau bukan.
Jikalau engkau
jodohku, jika belum terdengan pak penghulu juga Waliku juga para saksi menggumam
“Barakaallahu laka, wa barakah alaika, wa jamaah bainaka, fii khoir” maka tidak
akan kuserahkan jiwa ragaku untukmu sepenuhnya.
Sayang,dari sini
kita berbeda!
Selamat
berbahagia tanpa aku.
Aku hanya
berpesan, “Hati-hati dalam menjaga wanitamu, dan keturunanmu. Karena iman
seseorang sedikit banyak meniru pada ayahnya, dan kau akan menjadi ayah”
Terimakasih
sudah banyak melukis warna-warna indah beberapa bulan terakhir.
Tetap menjadi
temanmu, tanpa dendam, juga amarah. Aku pernah mendengar Leo itu pendendam,
mungkin kamu dendam denganku. Aku tidak melarang itu, itu hak kamu. Aku juga
pernah mebaca, Leo itu licik. Nah! Kita sama-sama Leo kan? Hehe
Akhirnya kita
hanya berteman, terimakasih..
Semoga Allah selalu ada disampingmu, dihatimu, juga
di otakmu. Amin..
Kekasihmu dulu, Carinae