All About Carinae

All About Carinae

Senin, 17 Juni 2013

Sepenggal Surat dari Cerita Carinae


"Dear, Canopus ku dulu..

Apa kau kira aku tidak menggerang kesakitan, ketika aku melihat kau dengan mantan kekasihmu tetap berhubungan? Sayang, aku tahu sifatmu, kita ditakdirkan lahir saat bunga larkspur dan gladiola berganti, aku tahu betul sifatmu. Karena kamu adalah cerminanku. Hanya saja kamu kurang greget dalam hidup, tidak sepertiku yang mempunyai aliran merah pada tubuh jenis kedua.

Kamu tahu sayang, memang betul aku masih belum bisa melupakan seseorang yang dulu ada di hatiku, namun itu hanya diotakku, tanpa perwujudan! Ketika setiap gerak yang membuatku mengobrak-abrik memori indahku dulu, namun aku hanya bisa diam. Karena aku tahu, aku sadar, aku menghargai, bahwa aku memiliki belahan jiwaku sekarang.

Tidak sepertimu!!!

Kau seakan-akan tidak mempunyai rasa, tidak tau apa itu cinta, apa itu sayang. Kau hanya tebar busa-busa kata cinta dari mulutmu. Tanpa penghayatan! Seakan-akan wanita itu sama.

Duh sayang, mengapa aku bisa jatuh dipelukmu? Disisi lain, aku bangga bisa mendapatkanmu, tapi disisi lain, aku seakan-akan gampangan, dengan gampang kau dapatkan. Aku suka menjadi pusat perhatian. Dimana ketika aku berjalan denganmu, semua menoleh, bertanya-tanya dan mulai menyorak. Dari situ aku menang, tapi terkadang, aku malu jalan denganmu, berjalan dengan lelaki bekas orang lain.

Sayang, taukah engkau, betapa aku ingin membuatmu bertekuk lutut padaku, membuatmu takut kehilanganku, membuatmu tidak mencintai wanita selain aku. Tapi pada dasarnya engkau kail tajam! Sekali masuk, beberapa wanita terkait padamu. Tidak sempurna, tapi kamu berwibawa. Jiwa kepemimpinanmu indah. Ini yang kuidamkan darimu.

Engkau pantas menjadi pemimpin, pemimpin hatiku misalnya. Namun kau keras kepala, sama sepertiku. Itu yang membuatku sedikit tidak bergairah dalam berhubungan denganmu. Ketika argumen saling kita lempar, disitu kita tidak akan menemukan titik penyelesaian, atau yang sering kita sebut conclusion, jika salah satu dari kita tidak mengalah.

Sayang, sebenarnya aku masih nyaman denganmu, hanya saja aku takut ketika engkau berbicara masalah pernikahan. Tidak sedikitpun terbesit diotakku untuk menikah denganmu.

Pernah aku membaca “berhati-hatilah dengan wanita ambisius, cerdas, dan keras kepala. Dia akan bisa hidup tanpa lelaki (suami) atau tidak menyukai lelaki tetapi juga bukan lesbian”. Namun sedikit banyak itu yang kurasakan sekarang. Bisa juga ini merupakan doktrin dari keluargaku. Paham feminism sudah mewabah dalam keluargaku. Sehingga otakku, mau tak mau sudah tercuci sempurna. Aku lebih bebas jika tidak bersamamu, bisa lompat kesana kemari, tanpa pengawasan, tanpa konsiliasi, ataupun perjanjian. Aku merasa bisa hidup tanpamu, tanpa bantuan orang lain yang dalam tanda kutip sebagai lelaki. Saya bisa menghidupi diriku sendiri. Itu yang bahaya!

Tapi pada dasarnya aku memang begitu, dan payahnya, engkau membenci cara pandangku yang seperti itu. Ya Tuhaaaaaann… Mohon ampun! Susah sekali menyatukan jalan pikiran kita.

Kita berbeda dalam perinsip sayang!

Itu yang membuat kita harus berpisah. Dimana aku memandang hidup untuk hidup kembali, bukan sepertimu yang memandang hidup untuk mati. Meskipun kau juga kadang berpandangan sepertiku, naman kau cenderung tidak seperti itu.

Berapa kali aku bilang “ALLAH itu maha, sayang. Terlebih, maha membolak balik hati”. Bagaimana jika aku sudah memberikan semuanya padamu, namun kau bukanlah jodohku, bukanlah suamiku? 

Jika kau berpikiran bahwa aku selalu berpikir negatif, maka aku akan menyalahkanmu sepenuhnya!

Manusia itu tidak tahu takdir. Apakah baik, atau buruk. Namun yang pasti manusia berjaga-jaga, bukan? Jika manusia mendapatkan takdir baik, maka “Alhamdulillah”. Lalu? Jika manusia itu mendapatkan takdir yang buruk? Nah! Kita hanya bisa mengantisipasinya dari awal kan?

Jika bisa, akan ku intip bukuku di lauhul mahfuz, apakah engaku jodohku atau bukan.
Jikalau engkau jodohku, jika belum terdengan pak penghulu juga Waliku juga para saksi menggumam “Barakaallahu laka, wa barakah alaika, wa jamaah bainaka, fii khoir” maka tidak akan kuserahkan jiwa ragaku untukmu sepenuhnya.

Sayang,dari sini kita berbeda!

Selamat berbahagia tanpa aku.
Aku hanya berpesan, “Hati-hati dalam menjaga wanitamu, dan keturunanmu. Karena iman seseorang sedikit banyak meniru pada ayahnya, dan kau akan menjadi ayah”

Terimakasih sudah banyak melukis warna-warna indah beberapa bulan terakhir.
Tetap menjadi temanmu, tanpa dendam, juga amarah. Aku pernah mendengar Leo itu pendendam, mungkin kamu dendam denganku. Aku tidak melarang itu, itu hak kamu. Aku juga pernah mebaca, Leo itu licik. Nah! Kita sama-sama Leo kan? Hehe
Akhirnya kita hanya berteman, terimakasih..

Semoga Allah selalu ada disampingmu, dihatimu, juga di otakmu. Amin..
Kekasihmu dulu, Carinae

Tidak ada komentar:

Posting Komentar