“Hey, kalo ngomong di jaga. !!” Begitu sakitnya hatiku ketika tahu ayahku menjadi bahan ejekan oleh mereka
“Kenapa. ? ngerasa kamu. ?” Sambil tersenyum penuh kemenangan mereka balik mengejekku.
“Apa sih mau kamu. ?”
“Hhahaha, dasar anak pemabuk, penjudi, tukang korupsi lagi. Gak malu sekolah di sini. ?”
Sontak daraku seakan berhenti mengalir.
‘Ya.Allah, cobaan apa lagii. ?’ Sekuat tenaga aku membendung tangisku yang sambut oleh ledakan tawa teman-temanku.
Aku terus berlari melewati koridor sekolah, dengan tangisan yang semerbak aku terus berlari. Ya ! badanku sekarang seakan mendapat pukulan godam.
‘Ibuuu, aku membutuhkanmu’. Sepanjang perjalanan yang ku ucap hanya kata itu.
“Hey awas-awas, ada anak tukang korupsi lewat. Hahaha” Begitulah kata-kata yang keluar dari mulut teman-temanku ketika aku berjalan ke arahnya.
‘Tuhann, aku mohon kepadamu. Sudahi lakon ini’.
Aku yang memutuskan untuk pulang cepat, bergegas mengambil tas dan pergi dari orang-orang yang menurutku membosankan dan tak tahu etitude.
***
Di depan rumah, kulihat ibuku menyiram bunga. Aku tak ingin ibuku mengetahui ini, tapi aku sudah tidak kuat menahannya. Dengan mata sembab aku menghampirinya, seraya mencium tanganya.
“Wit, kamu kenapa sayang. ?” Tanya ibuku yang mengetahui aku menangis.
“Ibuu, boleh aku pindah sekolah. ?” Mungkin pintaku sangat konyol.
“Sayang, uang apa yang kita pakai. ? harta kita sudah habis karna ulah ayahmu, kamu tau sendiri kan nak. ? toh, habis ini kamu ujian” Kulihat wajah ibuku yang memucat karna beban pikiran yg ia pikul. Ya ! karna siapa lagi kalau bukan karna ayah.
Aku mengangguk pelan, seraya pasrah dengan konsekuensi yang akan aku terima besok-besok pada sekolahku, terlebih pada teman-temanku.
Bergegas aku memeluk ibuku dan pergi ke kamarku yang sudah tak seluas dulu.
***
Begitulah keadaanku yang sekarang, karena ayahku juga aku menjadi begini. Dia dulu adalah seorang pejabat, tapi 6 bulan yang lalu ayahku tertangkap karna berjudi dan mabuk-mabukan. Sehingga namanya tercoreng dari daftar anggota DPR. Dan entah cobaan apa lagi, 2 bulan setelah itu ayahku di periksa oleh pihak KPK dan positif bahwa ayahku KORUPTOR. Ibuku hanya diam pasrah menghadapi semua ini. Ia hanya berdoa dan berserah diri pada-Nya. Sekarang ayahku meringkuk di balik jeruji besi. Sebenarnya, siapa yang tega melihat ayahnya meringkuk sendiri dibalik penjara. ? begitu pula aku, aku tak tega melihat ayah yang dulu selalu menyayangiku kini namanya terdaftar dalam Lembaga Permasyarakatan.
Tak henti-hentinya aku menangis, tubuhku bergetar hebat ketika aku mengingat semua itu. ‘Ayaahhhh’ jeritku dalam hati. Rasa rinduku padamu tak bertepi, tapi rasa benciku padamu seakan membuncah pada saat itu juga. Seiring dengan sungai kecil yang mengalir pada mataku ketika aku memandang foto seorang lelaki paruh baya yang tergeletak tak jauh dariku
“Sayang, mama tahu. Tapi bagaimana lagi, kamu harus kuat. Meskipun ia pemabuk, penjudi juga koruptor. Ia tetap ayahmu. Tanpanya kamu tak ada di dunia ini. Tanpanya, mungkin kamu tidak akan tumbuh menjadi wanita mandiri seperti saat ini” tutur Ibu yang mengagetkanku. Aku hanya diam seribu bahasa. Ya ! dilema aku saat itu. Di sisi lain aku menyayangi ayahku, dan disisi lain aku juga membencinnya.
Ayahku yang dulu sangat menyayangiku, sangat memperhtikanku hingga aku tumbuh dewasa dan seperti saat ini. Ayah yang sangat sayang padaku dan keluarganya. Hidupku dan keluargaku berubah ketika ayahku mempunyai WIL. Saat aku berumur 16 tahun, aku melihat ayahku menggandeng seorang wanita. Mesra. Ya ! sangat mesra. Hingga suatu hari, ibuku bertengkar hebat yang mengakibatkan ayahku tak pulang selama satu minggu. Semenjak itulah hidupku berubah. Hanya saja ibuku terlalu sabar dengan tingkah ayahku.
“Sudahlah, jangan dipikirkan, semua akan indah pada waktunya sayang” Hibur ibuku yang menurutku adalah orang tersabar sedunia.
“Iya bu, wiwit sayang ibu” Seraya memeluk ibu dan menghapus tangisku.
***
“Kenapa ayah menangis. ?” Tanyaku yang menyadari ayah sedang menangis.
“Ayah sayang sama kamu nak. !”
‘What. ? sayang. ? gak salah. ?’ Berderet kata tanya hadir di otakku.
‘Yang benar saja. ? seandainya ayah sayang padaku, kenapa ia tega melakukan ini semua. Yang berimbas pada keluarganya juga kehidupannya. ?’
“Wit, wiwit juga sayang sama ayah kan. ?” Tanya ayah yang membuayarkan lamunanku.
“Ayah, mana ada anak yang gak sayang sama ayahnya. ? tapi ayah, satu hal yang terbesit di kepalaku. Kenapa ayah dulu begitu. ? ayah sudah tidak sayang pada kita. ?” Entah setan apa yang merasukiku. Hingga membuat aku begitu berani pada ayahku. Dan tanpa terasa, sungai kecil itu pun mengalir lagi. Hingga membuat ayah tak tega melihatku dan memelukku.
“Maafkan ayah sayang, ya. Memang ayah salah, tapi tanpa sadar ayah melakukan itu nak. Ayah tidak tahu apa yang terjadi”
“Lantas. ?” Tanyaku ketus.
“Mungkin susah untuk gadis seumuran mu mengerti apa yang ayah maksudkan” Jawab ayah dengan pasrah.
“Yasudahlah, sekarang mau ayah apa. ?”
“Ayah mau minta maaf atas segala kekhilafan ayah”
Hhmm, rasanya seperti tidak pantas ayah berkata begitu.
“Knapa harus minta maaf. ?” Sepertinya aku memang sedang kerasukan setan yang jahat, hingga bicaraku pada ayah tergolong ketus dan meninggi.
“Sudahlah, tolong sampaikan salam ayah pada ibumu. Bilang bahwa ayah selalu mencintainya. Dan sampaikan salam maaf ayah pada semua, Terutama padamu. Maafkan ayah ya wit” Cecar ayah yang mengakhiri jumpaku dengan ayah.
Dan tanpa menjawab, akupun pergi.
Begitulah suasana Lembaga Permasyarakatan Sidena siang itu. Begitu aneh, aku yang jarang ikut ibu menjenguk ayah, tiba-tiba aku mau menemui ayah. Meskipun ayahku yang memintanya.
***
“Tumben-tumbenan pagi ini mendung banget. ?” Ibuku menggerutu karna ia hendak pergi ke pasar dan tidak jadi karna awan tebal hadir di sela-sela pagi itu.
Aku tak menghiraukan, aku tetap menyapu halaman meski sesekali aku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan beliau.
Tiba-tiba.
“Kriiingg .. Kriiingg” Ponsel.q berbunyi. Kuhentikan kegiatan menyapuku.
“Iya.. Betul.. apaaaaa. ? iya.. baiklah..” Tanpa sadar sungai kecil di sela mataku mengalir.
Tak lama kemudian aku menceritakan semua pada ibu.
“Ibuuuu ..” Aku menyerbu ibuku dan kupeluk ia erat.
“Ibuu, Ayah meninggal di penjara, sekarang jasadnya akan di bawa kesini”
“Apaa. ?” Ibuku lemas tak berdaya.
Sudah ku duga, ibuku akan seperti ini. Dan ayahhh, seuntai kata maaf meluncur dari bibirku.
Tapi lebih dari itu, hatiku seakan bersorak gembira.
Entah setan apa yang ada di diriku saat ini.
***
Hida Rizkiyatul Ula
SMA Negeri 4 Sidoarjo
Email :: hidarizkiya@yahoo.co.id
All About Carinae

Minggu, 24 April 2011
Jumat, 15 April 2011
Cerpen, "In The Wrong Lane"
Sudah kuduga kamu ada di depan kostku. Semenjak aku bertemu denganmu 2 bulan lalu, aku merasa risih dengan tingkahmu. Mungkin menurutku kamu lebih mirip dengan orang autis yang selalu membututiku kemanapun aku pergi.
“Pagi nona cantik” begitulah sambutan dia saat aku mulai membuka pintu kostku.
“Pagi”
“Duhhh, jangan jahat-jahat dong cantik” mungkin dia merasa jawabku ketus sekali.
“Cantik-cantik. ? emang lu kagag cantik. ?” Bentakku.
“Hihihi, aku kan ganteng”
‘Ohh god, sumpahh. Ni anak menjengkelkan sekaliii’ erangku dalam hati.
“Kok ngelamun sihh. ? terpesona ya sama aku. ?”
“Idihhh, udah aku mandi dulu” ya setidaknya itulah kata-kata untuk membuatnya pergi. Tapi aku hafal apa yang akan dia katakan setelah aku berbicara sperti itu.
Ya ! “Ikutt dong cantik” tepat sekali dugaanku.
“Kagak !”
***
“Chi, dapet salam tuh dari anak tehnik” Eka yang tiba-tiba ada di belakangku dan mengagetkanku.
“Ehh Eka, dari siapa. ?”
“Siapa lagi sih penggemar beratmu anak tehnik . ?”
“Oh god, tu anak gak ada bosennya sih ama aku. padahal aku kan cewek. Maunya apa sih dia itu. ?” aku yang sudah mulai kesal dan bosan dengan semua tingkah lakunya menggerutu pada Eka, teman sekelasku.
“Hahaha, Lu juga sih pakek acara pengen kenal segala”
“Ehh, asal lu tau aja ya. Aku gak pernah yang namanya pengen kenalan. Dia aja yang pengen kenal gue”
‘Seandainya aku bisa memutar waktu’.
***
Di bawah pohon beringin aku bersandar sambil menunggu Eka memesan bakso. Tiba-tiba seseorang yang aku tak kenal siapa dia menghampiriku dan membisikkan sesuatu. Sontak aku terkejut.
“Whatt. ? gila tu orang, brani skali ngajak aku jalan. ? maunya apa sih. ?” aku terkejut dengan perkataan orang tadi. Orang itupun lari tanpa mengucap apapun. Dan aku sibuk manyun-manyun sambil berkata tidak jelas.
“Nape lu chi. ?” tanya Eka yang sudah datang sambil membawa2 mangkuk bakso pak Sur.
“Kamu juga ngapain pake ngedukung acaranya dia. ? udah gila yee. ?” Luapan marahku menyeruak keluar secara reflek.
“Maksud Loe. ?” Eka bingung.
Sambil makan aku menjelaskan semua pada Eka.
“Lu kan yang ngedukung Marr ngajak aku jalan. ?”
“Hehehehe, lumayan kan cin. Dapet traktiran” Eka yang cengar cengir membuatku ingin memuntahkan makanan yg telah ku makan ke badannya.
“Dasar Lu yeee” tanganku pun gatal kalau tidak segera menjitak kepalanya.
“Udahh, ngikut aja. Toh juga ada aku”
“Tau dehh. !” dengan bibir yang masih manyun, aku pergi meninggalkan Eka.
Sejak kejadian itu aku mulai berfikir.
‘knapa si Marr gg ada nyerahnya sih ngejar-ngejar aku. ? dia kan cewek.
Tapii si Marr sebenernya cantik kalo jadi cewek tulen, tapi juga ganteng kalo berpenampilan cowok.
Sebenarnya sihh aku suka sama caranya cari perhatianku, kenapa sih dia kudu cewek.
Kapan ya aku nemu cowok se-perfect kayak marr. ? dia itu wangi, gak keringetan, cantik tapi tomboy, lucu, tapi dia itu menjengkelkann. Coba cowok kayak gitu, pasti dah gue gebet dari dulu-dulu’.
“Ohh god. ? knapa aku mikirin dia. ? hihhhh. Kok bisa sihh. ?” penyesalanku datang.
Tapi sebenarnya memikirkan dia itu hal yang indah tapi konyol. Yaa entah knapa aku bisa memikirkan dia.
Terbesit ide di kepalaku untuk menerima tawarannya.
Dua hari semenjak kejadian itu aku masih memikirkan hal itu.
sampai pada akhirnya..
“Makasih yaa cantik, sampe ketemu entar malem” dia mengembangkan senyum yang tak seperti biasanya sambil berlalu dari hadapku.
Akupun tersenyum, entah darimana senyum itu.
***
Malam itu..
“Hahhhh. ? yang bener. ? hhmm, aku kagag komen dehh” aku yang sempat di buat sport jantung oleh Marr, kini aku hanya terdiam.
“Iya benerr cantikk, hhahaha kaget ya. ?” Marr tertawa lepas seakan dia telah berhasil membuat otakku memutar 180o. Dan aku hanya menganga tak percaya.
Tapii kalau di fikir bisa juga sihh.
“Hey, kenapa bengong. ? gak mau temenan sama anak Lesbian. ? hhahaha.” Pertanyaanya membuatku terbangun dari dunia khayalku tentangnya.
“Ehh, kata siapa. ? Ya gak Lah. !! tapi kamu kok bisa gitu kenapa. ?”
“Banyak faktor yang jadiin aku kayak gini. Dulu aku awam banget tentang ‘L’ world. Hingga akhirnya aku mencintai seorang wanita, aku sendiri tak tahu kenapa rasa ini bisa ada. Sulit menghilangkan rasa yang datang dengan sendirinya” tuturnya panjang lebar.
Sejak malam itu aku mulai berfikir dan aku bisa merasakan apa yang di rasakan oleh seorang Lesbian.
Dan sejak saat itu, aku semakin akrab dengannya. 3 bulan berlalu, sampai pada suatu saat aku sadar bahwa dia semakin perhatian padaku. Hingga aku menyadari, diriku telah berada di jalan yang salah.
***
Hari-hari yang kulalui semakin sulit, beban yang aku rasakan semakin berat. Pikiranku berlari-lari mencari jawaban dan keadilan. Aku tahu aku salah, tapi aku membutuhkannya. Aku tak bisa berpura-pura, aku juga tak bisa melupakan. Ya. ! Marr yang membuatku seperti ini. Hingga kondisiku tak stabil. 2 minggu aku mengurung diri di kost, tak ada siapapun kecuali bulir air mata yang tak henti menetes. Ingin ku berteriak kepada siapapun tentang keadaanku, tapi aku tak bisa. Mulutku masih terkatup erat. Sungguh, aku membutuhkannya sekarangg. Dan mungkin tuhan mendengar doaku, Dia datang. !
“Sachii, buka pintunya. ! sudah brapa hari kamu kek gini. ? ada apa sih. ?” teriaknya dari luar. Aku sengaja untuk tak menemui siapapun, termasuk dia. Karna dengan melihatnya, akan memperparah keadaanku.
“Sachiii. ?” dia berulang menggedor pintu yang sudah lama tak terjamah olehku.
Perlahan sungai kecil di mataku mengalir, hatiku berkecamuk, dadaku seakan sesak, isak tangis yang semakin menjadi. Aku tak tahan, ingin ku peluk dirinya untuk yang terakhir kalinya.
Kali ini jiwaku kalah dengan emosi, ku seret kakiku yang terasa sangat berat. ku palingkan pandanganku pada pintu lusuh itu. kubuka perlahan hingga senyumku terkembang ceria. Ya ! dia hadir di hadapanku, ku peluk ia erat. Seiring dengan derasnya sungai di mataku, ku bisikan satu kata yang sudah lama ada di hatiku “Love you too, sist”. Hingga pandanganku kabur dan tertidur selamanya dalam peluknya.
***
Aku tetap menunggumu sayangku, :)
“Pagi nona cantik” begitulah sambutan dia saat aku mulai membuka pintu kostku.
“Pagi”
“Duhhh, jangan jahat-jahat dong cantik” mungkin dia merasa jawabku ketus sekali.
“Cantik-cantik. ? emang lu kagag cantik. ?” Bentakku.
“Hihihi, aku kan ganteng”
‘Ohh god, sumpahh. Ni anak menjengkelkan sekaliii’ erangku dalam hati.
“Kok ngelamun sihh. ? terpesona ya sama aku. ?”
“Idihhh, udah aku mandi dulu” ya setidaknya itulah kata-kata untuk membuatnya pergi. Tapi aku hafal apa yang akan dia katakan setelah aku berbicara sperti itu.
Ya ! “Ikutt dong cantik” tepat sekali dugaanku.
“Kagak !”
***
“Chi, dapet salam tuh dari anak tehnik” Eka yang tiba-tiba ada di belakangku dan mengagetkanku.
“Ehh Eka, dari siapa. ?”
“Siapa lagi sih penggemar beratmu anak tehnik . ?”
“Oh god, tu anak gak ada bosennya sih ama aku. padahal aku kan cewek. Maunya apa sih dia itu. ?” aku yang sudah mulai kesal dan bosan dengan semua tingkah lakunya menggerutu pada Eka, teman sekelasku.
“Hahaha, Lu juga sih pakek acara pengen kenal segala”
“Ehh, asal lu tau aja ya. Aku gak pernah yang namanya pengen kenalan. Dia aja yang pengen kenal gue”
‘Seandainya aku bisa memutar waktu’.
***
Di bawah pohon beringin aku bersandar sambil menunggu Eka memesan bakso. Tiba-tiba seseorang yang aku tak kenal siapa dia menghampiriku dan membisikkan sesuatu. Sontak aku terkejut.
“Whatt. ? gila tu orang, brani skali ngajak aku jalan. ? maunya apa sih. ?” aku terkejut dengan perkataan orang tadi. Orang itupun lari tanpa mengucap apapun. Dan aku sibuk manyun-manyun sambil berkata tidak jelas.
“Nape lu chi. ?” tanya Eka yang sudah datang sambil membawa2 mangkuk bakso pak Sur.
“Kamu juga ngapain pake ngedukung acaranya dia. ? udah gila yee. ?” Luapan marahku menyeruak keluar secara reflek.
“Maksud Loe. ?” Eka bingung.
Sambil makan aku menjelaskan semua pada Eka.
“Lu kan yang ngedukung Marr ngajak aku jalan. ?”
“Hehehehe, lumayan kan cin. Dapet traktiran” Eka yang cengar cengir membuatku ingin memuntahkan makanan yg telah ku makan ke badannya.
“Dasar Lu yeee” tanganku pun gatal kalau tidak segera menjitak kepalanya.
“Udahh, ngikut aja. Toh juga ada aku”
“Tau dehh. !” dengan bibir yang masih manyun, aku pergi meninggalkan Eka.
Sejak kejadian itu aku mulai berfikir.
‘knapa si Marr gg ada nyerahnya sih ngejar-ngejar aku. ? dia kan cewek.
Tapii si Marr sebenernya cantik kalo jadi cewek tulen, tapi juga ganteng kalo berpenampilan cowok.
Sebenarnya sihh aku suka sama caranya cari perhatianku, kenapa sih dia kudu cewek.
Kapan ya aku nemu cowok se-perfect kayak marr. ? dia itu wangi, gak keringetan, cantik tapi tomboy, lucu, tapi dia itu menjengkelkann. Coba cowok kayak gitu, pasti dah gue gebet dari dulu-dulu’.
“Ohh god. ? knapa aku mikirin dia. ? hihhhh. Kok bisa sihh. ?” penyesalanku datang.
Tapi sebenarnya memikirkan dia itu hal yang indah tapi konyol. Yaa entah knapa aku bisa memikirkan dia.
Terbesit ide di kepalaku untuk menerima tawarannya.
Dua hari semenjak kejadian itu aku masih memikirkan hal itu.
sampai pada akhirnya..
“Makasih yaa cantik, sampe ketemu entar malem” dia mengembangkan senyum yang tak seperti biasanya sambil berlalu dari hadapku.
Akupun tersenyum, entah darimana senyum itu.
***
Malam itu..
“Hahhhh. ? yang bener. ? hhmm, aku kagag komen dehh” aku yang sempat di buat sport jantung oleh Marr, kini aku hanya terdiam.
“Iya benerr cantikk, hhahaha kaget ya. ?” Marr tertawa lepas seakan dia telah berhasil membuat otakku memutar 180o. Dan aku hanya menganga tak percaya.
Tapii kalau di fikir bisa juga sihh.
“Hey, kenapa bengong. ? gak mau temenan sama anak Lesbian. ? hhahaha.” Pertanyaanya membuatku terbangun dari dunia khayalku tentangnya.
“Ehh, kata siapa. ? Ya gak Lah. !! tapi kamu kok bisa gitu kenapa. ?”
“Banyak faktor yang jadiin aku kayak gini. Dulu aku awam banget tentang ‘L’ world. Hingga akhirnya aku mencintai seorang wanita, aku sendiri tak tahu kenapa rasa ini bisa ada. Sulit menghilangkan rasa yang datang dengan sendirinya” tuturnya panjang lebar.
Sejak malam itu aku mulai berfikir dan aku bisa merasakan apa yang di rasakan oleh seorang Lesbian.
Dan sejak saat itu, aku semakin akrab dengannya. 3 bulan berlalu, sampai pada suatu saat aku sadar bahwa dia semakin perhatian padaku. Hingga aku menyadari, diriku telah berada di jalan yang salah.
***
Hari-hari yang kulalui semakin sulit, beban yang aku rasakan semakin berat. Pikiranku berlari-lari mencari jawaban dan keadilan. Aku tahu aku salah, tapi aku membutuhkannya. Aku tak bisa berpura-pura, aku juga tak bisa melupakan. Ya. ! Marr yang membuatku seperti ini. Hingga kondisiku tak stabil. 2 minggu aku mengurung diri di kost, tak ada siapapun kecuali bulir air mata yang tak henti menetes. Ingin ku berteriak kepada siapapun tentang keadaanku, tapi aku tak bisa. Mulutku masih terkatup erat. Sungguh, aku membutuhkannya sekarangg. Dan mungkin tuhan mendengar doaku, Dia datang. !
“Sachii, buka pintunya. ! sudah brapa hari kamu kek gini. ? ada apa sih. ?” teriaknya dari luar. Aku sengaja untuk tak menemui siapapun, termasuk dia. Karna dengan melihatnya, akan memperparah keadaanku.
“Sachiii. ?” dia berulang menggedor pintu yang sudah lama tak terjamah olehku.
Perlahan sungai kecil di mataku mengalir, hatiku berkecamuk, dadaku seakan sesak, isak tangis yang semakin menjadi. Aku tak tahan, ingin ku peluk dirinya untuk yang terakhir kalinya.
Kali ini jiwaku kalah dengan emosi, ku seret kakiku yang terasa sangat berat. ku palingkan pandanganku pada pintu lusuh itu. kubuka perlahan hingga senyumku terkembang ceria. Ya ! dia hadir di hadapanku, ku peluk ia erat. Seiring dengan derasnya sungai di mataku, ku bisikan satu kata yang sudah lama ada di hatiku “Love you too, sist”. Hingga pandanganku kabur dan tertidur selamanya dalam peluknya.
***
Aku tetap menunggumu sayangku, :)
Cerpen, "Rahasiamu Tuhan.."
Rintik hujan seakan memberikan keindahannya senja ini. Aku tertarik untuk ikut berbagi cerita di teras depan rumah kakakku. Deru suara motor semakin jelas mendekat.
“Maaf bu, apa ini rumah pak Bambang. ?” Suara sesosok lelaki bertubuh tegap membuyarkan lamunanku.
“Iya, ada apa. ?” Kakakku menjawab dengan tenang.
“Pak Bambangnya ada. ?”
“Walah mas, pak Bambang sudah tidak disini. Sudah katut biduan penyanyi dangdut. Hhaha” Tawa kakakku meledak, seakan tanpa beban apapun saat melontarkan ucapannya tadi.
Dahiku mengernyit,
‘apa maksud kakakku ini. ? bukannya baru kemarin dia menangis karena ulah suaminya. Tapi kenapa sekarang sudah bisa tertawa tanpa beban. ?’
Kembali aku membuka telinga untuk mendengar komentar lelaki bertubuh tegap itu.
“Lho. ? kok bisa mbak. ? mbak ini istrinya kan. ?” lelaki itu bingung dan kaget dengan ucapan kakakku.
“Ya bisa aja mas, wong sudah sama-sama besar. Sama-sama kecil aja bisa kok. Hhaha. Iya saya istrinya. Kenapa mas. ?” tutur kakakku yang di barengi canda tawa.
Aku dan lelaki bertubuh tegap itu semakin bertanya-tanya, bahkan terkaget-kaget dengan tingkah laku kakakku. Aku sama sekali tidak menyangka, kenapa dia bisa berkata begitu. ? apa dia sudah gila karna suaminya. ? aku sendiri tak tahu.
“Ya saya kaget aja liat mbak bisa tertawa lepas, sedangkan suami mbak gak tau kemana” tanggapan lelaki itu.
“Terus kenapa mas. ? kalau suami saya begitu, apa harus saya menangis terus menerus. ? toh hidup saya dan anak-anak saya masih harus tetap berjalan. ? daripada menangis, lebih baik di buat have fun aja. Tuhan gak tidur kok mas, tuhan juga adil. Hhehe” Kata-kata bijak kakakku yang di sambutnya dengan senyum kekehannya.
“Iya sih mbak, yang sabar aja ya mbak. Ya sudah trimakasih mbak, saya pamit dulu” Lelaki itupun segera angkat kaki dari rumah kakakku dan menembus hujan yang tak kunjung reda.
Mata kakakku tak lepas dari sesosok lelaki tegap itu, bibirnya masih menyunggingkan senyum yang aku sendiri tak mengerti artinya.
***
“Bunda, nanti Rossa di suruh Bu.Guru bayar SPP. Nanti minta uangnya ya bun. ?” Rengek Rossa anak ke-2 kakakku yang membuat aku ingin menangis.
“Bundaa, Rossi juga di suruh bayar SPP sama Bu.Guru. Rossi nanti juga minta uang ya. ?” Kini Rossi, Adik Rossa yang meminta uang.
“Iya, nanti bunda sendiri aja yang bayar ke Bu.Guru kalian” Kata Kakakku yang semakin terlihat jelas gurat sedih di wajahnya.
Terukir jelas di wajahnya bahwa dia bingung mencari alasan. Dan seolah berkata
‘Seandainya ayahmu ada’
“Jangan bundaa, nanti aku dimarahin Bu.Guru lagi” Rossa yang sudah kelas 4 SD seakan tak mau kena marah lagi dengan gurunya.
“Iya sayang, nanti bilang saja ke Bu.Guru kalau nanti di bayar sama bunda”
“Beneran yaaa, bunda janji. ?”
“Beneran, Janjii. !” Aku melihat kakakku mengacungkan jari kelingkingnya
“SPP Rossi juga ya bunda” Rossi yang tak ingin kalah juga mengutarakan keinginannya.
“Iyaa.. Janji” Akhirnya, Rossa Rossi pun melingkarkan jari kelingking pada bundanya.
“Oke deh bunda, Rossa sama Rossi berangkat dulu ya. Dahh bunda” Seru Rossa sembari mencium pipi kanan-kiri bundanya. Begitu pula Rossi.
***
Kulihat kakakku terdiam melihat Anak-anaknya pergi sekolah, matanya menerawang jauh. Seraya mengadu kepada Tuhan. Tak lama dia mendecak dan bebicara sendiri.
“Tuhann.. Aku hanya manusia biasa. Yang bisa menangis karna ujianmu, yang bisa merana karna takdirmu. Aku percaya, engkau takkan memberi cobaan kepada umat-Mu melampaui batas kemampuannya. Aku sangat percaya itu Tuhan” Bulir air mata yang sedari tadi tersimpan rapi kini telah menganak sungai.
Sesaat aku terdiam dengan ulah kakakku. Didepan semua orang dia terlihat begitu tegar, tapi jauh di dalam hatinya dia seakan terkoyak, dan rapuh. Ya. ! sangat rapuh.
Aku kagum padanya, dia wanita yang sangat sabar. Yang tidak pernah kalah dengan emosinya. Lebih-lebih ketika dia tahu wanita yang berselingkuh dengan suaminya adalah sahabatnya sendiri. Sahabat yang semerta-merta dikasihaninya karna suaminya telah di panggil sang Kuasa.
***
“Sekarang silahkan pilih, kau maunya di madu atau bercerai. ?” Sayup-sayup aku mendengar teriakan itu dari dalam kamar kakakku.
“Tidak adakah pilihan lain Mas. ?” Suara memelas kakakku yang sangat begitu tenang.
“Tidak. ! kamu tahu sendiri kan. Dia sebentar lagi akan melahirkan anakku, kalau aku belum dapat izin darimu aku takkan bisa menikah sah dengan dia”
Saat kata itu terlontar, ingin sekali aku menghantam muka suami kakakku dengan apa saja yang ada di hadapanku.
“Aku takkan mau memilih. !” jawaban tegas kakakku membuatku lega.
“Lalu maumu apa. ?” bentak suami kakakku yang menurutku tingkahnya sudah seperti binatang.
“Seharusnya aku yang bertanya kepadamu begitu, Istri mana yang mau di madu. ? apalagi di cerai secara sepihak. ?”
“Terus bagaimana. ?” Suara suami kakakku yang sudah gila wanita semakin meninggi.
“Ya aku tidak tahu, ini kan urusanmu dengan dia. Kenapa aku harus ikut-ikut. ? kamu menikah dengannya tanpa sepengetahuanku, kenapa sekarang aku harus tahu. ? selesaikan saja urusanmu dengannya, tanpa aku. !” Kakakku seakan-akan memuntahkan semua emosinya
Akhirnya suami kakakku membanting pintu dan pergi dari rumah. Aku mengintip kedalam kamar kakakku, kulihat dia duduk bersandar dengan berlinangan air mata. Dia kembali berbicara sendiri.
‘Rabb-ku.. Jika ini memang takdirku, beri daku jalan lurus dan kekuatan dalam menghadapi ini. Aku sudah mencoba mempertahankan, tapi jika harus terjadi. Kan kuserahkan semua kepadamu’ Rangkaian kata yang terucap itu memebuatku tertegun.
***
“Bunda, ada surat” Aku melihat Resha anak lelaki pertamanya yang sangat cuek dengan tingkah laku ayahnya.
“Surat apa Resh. ?”
“Baca aja sendiri, aku aja juga baru di kasih” Tanpa kata apa-apa lagi, dia kembali menekuni komputernya.
Aku ikut melihat apa isi surat itu, kulihat baris demi baris isi daripadanya. Ternyata surat panggilan untuk mengurus pernikahannya di pengadilan agama.
Kakakku pun bergegas berangkat.
***
Aku tak tahu apa yang kakakku pinta dalam sujudnya di kaki malam itu. Yang ku tahu, dia hanya diam dan menangis. Bisikan yang dia ucapkan untuk sang Khalik terlalu lembut. Aku hanya bisa masuk dalam pusaran kesedihannya. Dan sesekali aku mendengar dia mengeluh,
“Tuhan, Inikah ujianmu. ? terlalu sulit aku untuk menerima ini semua”
Deraian airmata kembali bercucuran di pipinya. Tanpa kusadari sugai kecil itu juga membasahi mataku.
***
“Bunda. ? Bundaaaaaaaa. ?” Resha berteriak histeris.
Aku menghambur keluar dari persaranganku.
Kulihat Resha bercucuran airmata. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat kakakku tergeletak tak bernyawa.
Ohh tuhann, beginikah akhir takdirmu. ? Apakah ini yang dinamakan adil. ?
Aku takkan pernah tau rahasiamu, Tuhan ...**
“Maaf bu, apa ini rumah pak Bambang. ?” Suara sesosok lelaki bertubuh tegap membuyarkan lamunanku.
“Iya, ada apa. ?” Kakakku menjawab dengan tenang.
“Pak Bambangnya ada. ?”
“Walah mas, pak Bambang sudah tidak disini. Sudah katut biduan penyanyi dangdut. Hhaha” Tawa kakakku meledak, seakan tanpa beban apapun saat melontarkan ucapannya tadi.
Dahiku mengernyit,
‘apa maksud kakakku ini. ? bukannya baru kemarin dia menangis karena ulah suaminya. Tapi kenapa sekarang sudah bisa tertawa tanpa beban. ?’
Kembali aku membuka telinga untuk mendengar komentar lelaki bertubuh tegap itu.
“Lho. ? kok bisa mbak. ? mbak ini istrinya kan. ?” lelaki itu bingung dan kaget dengan ucapan kakakku.
“Ya bisa aja mas, wong sudah sama-sama besar. Sama-sama kecil aja bisa kok. Hhaha. Iya saya istrinya. Kenapa mas. ?” tutur kakakku yang di barengi canda tawa.
Aku dan lelaki bertubuh tegap itu semakin bertanya-tanya, bahkan terkaget-kaget dengan tingkah laku kakakku. Aku sama sekali tidak menyangka, kenapa dia bisa berkata begitu. ? apa dia sudah gila karna suaminya. ? aku sendiri tak tahu.
“Ya saya kaget aja liat mbak bisa tertawa lepas, sedangkan suami mbak gak tau kemana” tanggapan lelaki itu.
“Terus kenapa mas. ? kalau suami saya begitu, apa harus saya menangis terus menerus. ? toh hidup saya dan anak-anak saya masih harus tetap berjalan. ? daripada menangis, lebih baik di buat have fun aja. Tuhan gak tidur kok mas, tuhan juga adil. Hhehe” Kata-kata bijak kakakku yang di sambutnya dengan senyum kekehannya.
“Iya sih mbak, yang sabar aja ya mbak. Ya sudah trimakasih mbak, saya pamit dulu” Lelaki itupun segera angkat kaki dari rumah kakakku dan menembus hujan yang tak kunjung reda.
Mata kakakku tak lepas dari sesosok lelaki tegap itu, bibirnya masih menyunggingkan senyum yang aku sendiri tak mengerti artinya.
***
“Bunda, nanti Rossa di suruh Bu.Guru bayar SPP. Nanti minta uangnya ya bun. ?” Rengek Rossa anak ke-2 kakakku yang membuat aku ingin menangis.
“Bundaa, Rossi juga di suruh bayar SPP sama Bu.Guru. Rossi nanti juga minta uang ya. ?” Kini Rossi, Adik Rossa yang meminta uang.
“Iya, nanti bunda sendiri aja yang bayar ke Bu.Guru kalian” Kata Kakakku yang semakin terlihat jelas gurat sedih di wajahnya.
Terukir jelas di wajahnya bahwa dia bingung mencari alasan. Dan seolah berkata
‘Seandainya ayahmu ada’
“Jangan bundaa, nanti aku dimarahin Bu.Guru lagi” Rossa yang sudah kelas 4 SD seakan tak mau kena marah lagi dengan gurunya.
“Iya sayang, nanti bilang saja ke Bu.Guru kalau nanti di bayar sama bunda”
“Beneran yaaa, bunda janji. ?”
“Beneran, Janjii. !” Aku melihat kakakku mengacungkan jari kelingkingnya
“SPP Rossi juga ya bunda” Rossi yang tak ingin kalah juga mengutarakan keinginannya.
“Iyaa.. Janji” Akhirnya, Rossa Rossi pun melingkarkan jari kelingking pada bundanya.
“Oke deh bunda, Rossa sama Rossi berangkat dulu ya. Dahh bunda” Seru Rossa sembari mencium pipi kanan-kiri bundanya. Begitu pula Rossi.
***
Kulihat kakakku terdiam melihat Anak-anaknya pergi sekolah, matanya menerawang jauh. Seraya mengadu kepada Tuhan. Tak lama dia mendecak dan bebicara sendiri.
“Tuhann.. Aku hanya manusia biasa. Yang bisa menangis karna ujianmu, yang bisa merana karna takdirmu. Aku percaya, engkau takkan memberi cobaan kepada umat-Mu melampaui batas kemampuannya. Aku sangat percaya itu Tuhan” Bulir air mata yang sedari tadi tersimpan rapi kini telah menganak sungai.
Sesaat aku terdiam dengan ulah kakakku. Didepan semua orang dia terlihat begitu tegar, tapi jauh di dalam hatinya dia seakan terkoyak, dan rapuh. Ya. ! sangat rapuh.
Aku kagum padanya, dia wanita yang sangat sabar. Yang tidak pernah kalah dengan emosinya. Lebih-lebih ketika dia tahu wanita yang berselingkuh dengan suaminya adalah sahabatnya sendiri. Sahabat yang semerta-merta dikasihaninya karna suaminya telah di panggil sang Kuasa.
***
“Sekarang silahkan pilih, kau maunya di madu atau bercerai. ?” Sayup-sayup aku mendengar teriakan itu dari dalam kamar kakakku.
“Tidak adakah pilihan lain Mas. ?” Suara memelas kakakku yang sangat begitu tenang.
“Tidak. ! kamu tahu sendiri kan. Dia sebentar lagi akan melahirkan anakku, kalau aku belum dapat izin darimu aku takkan bisa menikah sah dengan dia”
Saat kata itu terlontar, ingin sekali aku menghantam muka suami kakakku dengan apa saja yang ada di hadapanku.
“Aku takkan mau memilih. !” jawaban tegas kakakku membuatku lega.
“Lalu maumu apa. ?” bentak suami kakakku yang menurutku tingkahnya sudah seperti binatang.
“Seharusnya aku yang bertanya kepadamu begitu, Istri mana yang mau di madu. ? apalagi di cerai secara sepihak. ?”
“Terus bagaimana. ?” Suara suami kakakku yang sudah gila wanita semakin meninggi.
“Ya aku tidak tahu, ini kan urusanmu dengan dia. Kenapa aku harus ikut-ikut. ? kamu menikah dengannya tanpa sepengetahuanku, kenapa sekarang aku harus tahu. ? selesaikan saja urusanmu dengannya, tanpa aku. !” Kakakku seakan-akan memuntahkan semua emosinya
Akhirnya suami kakakku membanting pintu dan pergi dari rumah. Aku mengintip kedalam kamar kakakku, kulihat dia duduk bersandar dengan berlinangan air mata. Dia kembali berbicara sendiri.
‘Rabb-ku.. Jika ini memang takdirku, beri daku jalan lurus dan kekuatan dalam menghadapi ini. Aku sudah mencoba mempertahankan, tapi jika harus terjadi. Kan kuserahkan semua kepadamu’ Rangkaian kata yang terucap itu memebuatku tertegun.
***
“Bunda, ada surat” Aku melihat Resha anak lelaki pertamanya yang sangat cuek dengan tingkah laku ayahnya.
“Surat apa Resh. ?”
“Baca aja sendiri, aku aja juga baru di kasih” Tanpa kata apa-apa lagi, dia kembali menekuni komputernya.
Aku ikut melihat apa isi surat itu, kulihat baris demi baris isi daripadanya. Ternyata surat panggilan untuk mengurus pernikahannya di pengadilan agama.
Kakakku pun bergegas berangkat.
***
Aku tak tahu apa yang kakakku pinta dalam sujudnya di kaki malam itu. Yang ku tahu, dia hanya diam dan menangis. Bisikan yang dia ucapkan untuk sang Khalik terlalu lembut. Aku hanya bisa masuk dalam pusaran kesedihannya. Dan sesekali aku mendengar dia mengeluh,
“Tuhan, Inikah ujianmu. ? terlalu sulit aku untuk menerima ini semua”
Deraian airmata kembali bercucuran di pipinya. Tanpa kusadari sugai kecil itu juga membasahi mataku.
***
“Bunda. ? Bundaaaaaaaa. ?” Resha berteriak histeris.
Aku menghambur keluar dari persaranganku.
Kulihat Resha bercucuran airmata. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat kakakku tergeletak tak bernyawa.
Ohh tuhann, beginikah akhir takdirmu. ? Apakah ini yang dinamakan adil. ?
Aku takkan pernah tau rahasiamu, Tuhan ...**
Sabtu, 09 April 2011
Renungan, "Telaga dengan Segenggam Garam"
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, ia didatangi seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan wajahnya kusam. Keadaan tubuhnya tak karuan. Ia seperti sedang menghadapi sebuah masalah yang sangat menyusahkan hatinya. Begitu bertemu dengan si orang tua yang bijak, ia segera menceritakan semua permasalahan yang ia hadapi.
Pak Tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Begitu tamunya selesai bertutur, ia lalu mengambil segenggam garam dan memintanya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “ Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, ” ujar Pak Tua itu. “ Pahit…., pahit sekali, ” jawab anak muda itu sambil meludah ke samping.
Pak Tua tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan-jalan di hutan sekitar rumahnya. Kedua orang itu berjalan di hutan sekitar rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan. Setelah melakukan perjalanan cukup lama, akhirnya mereka tiba di tepi sebuah telaga yang tenang. Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, ia mengaduk air telaga sehingga sebagian airnya terciprat membasahi wajah anak muda itu.
“ Sekarang, coba ambil air dari telaga ini dan minumlah..!!! ” ujar Pak Tua kemudian.
Anak muda itu menuruti apa yang diminta Pak Tua. Ia segera meminum beberapa teguk air telaga. Begitu tamunya selesai mereguk air, Pak Tua berkata lagi, “ Bagaimana rasanya? ”
“ Segar..!!! ” sahut anak muda itu.
“ Apakah engkau bisa merasakan garam di dalam air itu? ” tanya Pak Tua lagi.
“ Tidak, ” jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. Lalu ia mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.
“ Anak muda, dengarkanlah ucapanku. Pahitnya kehidupan yang engkau rasakan seperti segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu tergantung dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi ketika engkau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa engkau lakukan untuk mengatasinya. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. ”
Pak Tua itu kembali menambahkan nasihatnya, “ Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Qalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. “
Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Pak Tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Begitu tamunya selesai bertutur, ia lalu mengambil segenggam garam dan memintanya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “ Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, ” ujar Pak Tua itu. “ Pahit…., pahit sekali, ” jawab anak muda itu sambil meludah ke samping.
Pak Tua tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan-jalan di hutan sekitar rumahnya. Kedua orang itu berjalan di hutan sekitar rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan. Setelah melakukan perjalanan cukup lama, akhirnya mereka tiba di tepi sebuah telaga yang tenang. Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, ia mengaduk air telaga sehingga sebagian airnya terciprat membasahi wajah anak muda itu.
“ Sekarang, coba ambil air dari telaga ini dan minumlah..!!! ” ujar Pak Tua kemudian.
Anak muda itu menuruti apa yang diminta Pak Tua. Ia segera meminum beberapa teguk air telaga. Begitu tamunya selesai mereguk air, Pak Tua berkata lagi, “ Bagaimana rasanya? ”
“ Segar..!!! ” sahut anak muda itu.
“ Apakah engkau bisa merasakan garam di dalam air itu? ” tanya Pak Tua lagi.
“ Tidak, ” jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. Lalu ia mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.
“ Anak muda, dengarkanlah ucapanku. Pahitnya kehidupan yang engkau rasakan seperti segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu tergantung dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi ketika engkau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa engkau lakukan untuk mengatasinya. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. ”
Pak Tua itu kembali menambahkan nasihatnya, “ Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Qalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. “
Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Senin, 04 April 2011
Renungan, "Untuk Semua Yang Ingin Menjadi Pemenang.."
Jangan Menunggu Bahagia Baru Tersenyum.
Tapi Tersenyumlah, Maka Kamu Kan Bahagia
Jangan Menunggu Kaya Baru Bersedekah.
Tapi Bersedekahlah, Maka Kamu Semakin Kaya
Jangan Menunggu Termotivasi Baru Bergerak.
Tapi Bergeraklah, Maka Kamu Akan Termotivasi
Jangan Menunggu Dipedulikan Orang Baru Kamu Peduli,
Tapi Pedulilah Dengan Orang Lain! Maka Kamu Akan Dipedulikan...
Jangan Menunggu Orang Memahami Kamu Baru Kita Memahami Dia,
Tapi Pahamilah Orang Itu, Maka Orang Itu Paham Dengan Kamu
Jangan Menunggu Terinspirasi Baru Menulis.
Tapi Menulislah, Maka Inspirasi Akan Hadir Dalam Tulisanmu
Jangan Menunggu Proyek Baru Bekerja.
Tapi Berkerjalah, Maka Proyek Akan Menunggumu
Jangan Menunggu Dicintai Baru Mencintai.
Tapi Belajarlah Mencintai, Maka Kamu Akan Dicintai
Jangan Menunggu Banyak Uang Baru Hidup Tenang,
Tapi Hiduplah Dengan Tenang, Insya Allah Bukan Sekadar Uang Yang Datang,
Jangan Menunggu Contoh Baru Bergerak Mengikuti.
Tapi Bergeraklah, Maka Kamu Akan Menjadi Contoh Yang Diikuti
Jangan Menunggu Sukses Baru Bersyukur.
Tapi Bersyukurlah, Maka Bertambah Kesuksesanmu
Jangan Menunggu Bisa Baru Melakukan,
Tapi Lakukanlah! Kamu Pasti Bisa!
Para Pecundang Selalu Menunggu Bukti Dan Para Pemenang Selalu Menjadi Bukti
Seribu Kata Mutiara Akan Dikalahkan Satu Aksi Nyata!
WAIT LESS DO MORE...!!
Tapi Tersenyumlah, Maka Kamu Kan Bahagia
Jangan Menunggu Kaya Baru Bersedekah.
Tapi Bersedekahlah, Maka Kamu Semakin Kaya
Jangan Menunggu Termotivasi Baru Bergerak.
Tapi Bergeraklah, Maka Kamu Akan Termotivasi
Jangan Menunggu Dipedulikan Orang Baru Kamu Peduli,
Tapi Pedulilah Dengan Orang Lain! Maka Kamu Akan Dipedulikan...
Jangan Menunggu Orang Memahami Kamu Baru Kita Memahami Dia,
Tapi Pahamilah Orang Itu, Maka Orang Itu Paham Dengan Kamu
Jangan Menunggu Terinspirasi Baru Menulis.
Tapi Menulislah, Maka Inspirasi Akan Hadir Dalam Tulisanmu
Jangan Menunggu Proyek Baru Bekerja.
Tapi Berkerjalah, Maka Proyek Akan Menunggumu
Jangan Menunggu Dicintai Baru Mencintai.
Tapi Belajarlah Mencintai, Maka Kamu Akan Dicintai
Jangan Menunggu Banyak Uang Baru Hidup Tenang,
Tapi Hiduplah Dengan Tenang, Insya Allah Bukan Sekadar Uang Yang Datang,
Jangan Menunggu Contoh Baru Bergerak Mengikuti.
Tapi Bergeraklah, Maka Kamu Akan Menjadi Contoh Yang Diikuti
Jangan Menunggu Sukses Baru Bersyukur.
Tapi Bersyukurlah, Maka Bertambah Kesuksesanmu
Jangan Menunggu Bisa Baru Melakukan,
Tapi Lakukanlah! Kamu Pasti Bisa!
Para Pecundang Selalu Menunggu Bukti Dan Para Pemenang Selalu Menjadi Bukti
Seribu Kata Mutiara Akan Dikalahkan Satu Aksi Nyata!
WAIT LESS DO MORE...!!
Loves Me Not_t.A.T.u. :)
I complicated our lives
By falling in love with him
I complicated our lives
Now I'm losing my only friend
I don't know why, I had to try
Living my life on the other side
Now I'm so confused
I don't know what to do
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me...
I started blurring the lines
Because I didn't care
I started crossing the line
Cause you were never there
No where to turn,
No one to help,
It's almost like I don't even know myself
Now I have to choose
I don't know what to do
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, she loves me
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me...
No where to turn,
No one to help,
It's almost like I don't even know myself
Now I have to choose
I don't know what to do
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
Loves me not...
By falling in love with him
I complicated our lives
Now I'm losing my only friend
I don't know why, I had to try
Living my life on the other side
Now I'm so confused
I don't know what to do
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me...
I started blurring the lines
Because I didn't care
I started crossing the line
Cause you were never there
No where to turn,
No one to help,
It's almost like I don't even know myself
Now I have to choose
I don't know what to do
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, she loves me
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me...
No where to turn,
No one to help,
It's almost like I don't even know myself
Now I have to choose
I don't know what to do
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
Loves me not...
t.A.T.u. navsegda :)
Dendam Mak Lampir. hauahah. :D
Aku tak pernah peduli
Saat cobaan terus datang pada kita
Memaksaku untuk melepaskanmu
Namun ku memilih bertahan di sisimu
Lalu..
Mengapa kau mudah saja melupakanku???
Dan sekali lagi hatiku tak pernah perduli
Damn!!!!!
aku tetap mencintaimu
Jangan pernah salahkan aku
Bila dendam itu merasuk di hati
Bersama luka yang tak pernah terobati
Mengapa kau malah menyalahkanku???
Kau yang membuat ku terlalu padamu
terlalu percaya, terlalu cinta…
Dan kini aku juga tak kan pernah peduli
Bila sumpah ini terlontar walau hanya di hati
Bila memang dia yang terbaik
Bila cinta tak lagi milikku
Bila kau bahagia bersamanya
Dan bila kenyataanya
Kau meninggalkanku karena dirinya???????????????
pergilah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
pergi….
pergi,,,,,,,,,,,,
Tapi satu hal yang harus kau tahu
Kau harus camkan di pikiranmu
Aku takkan pernah rela
Aku takkan pernah ikhlas
Dengan hubungan kalian berdua
Terlalu sakit perasaan ini
Hingga ku yang tak pernah mendendam
Menjadi teramat membencimu
Namun ku juga teramat mencintaimu
Tidakkah wanita itu tahu dan rasakan
Betapa sakitnya saat dia merebut cintaku????
Saat cobaan terus datang pada kita
Memaksaku untuk melepaskanmu
Namun ku memilih bertahan di sisimu
Lalu..
Mengapa kau mudah saja melupakanku???
Dan sekali lagi hatiku tak pernah perduli
Damn!!!!!
aku tetap mencintaimu
Jangan pernah salahkan aku
Bila dendam itu merasuk di hati
Bersama luka yang tak pernah terobati
Mengapa kau malah menyalahkanku???
Kau yang membuat ku terlalu padamu
terlalu percaya, terlalu cinta…
Dan kini aku juga tak kan pernah peduli
Bila sumpah ini terlontar walau hanya di hati
Bila memang dia yang terbaik
Bila cinta tak lagi milikku
Bila kau bahagia bersamanya
Dan bila kenyataanya
Kau meninggalkanku karena dirinya???????????????
pergilah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
pergi….
pergi,,,,,,,,,,,,
Tapi satu hal yang harus kau tahu
Kau harus camkan di pikiranmu
Aku takkan pernah rela
Aku takkan pernah ikhlas
Dengan hubungan kalian berdua
Terlalu sakit perasaan ini
Hingga ku yang tak pernah mendendam
Menjadi teramat membencimu
Namun ku juga teramat mencintaimu
Tidakkah wanita itu tahu dan rasakan
Betapa sakitnya saat dia merebut cintaku????
Rasisme di Amerika
kelompok anti kulit hitam rasisme
Meskipun kelompok Ku Klux Klan empat tahun setelah berdirinya diumumkan pemerintah AS sebagai organisasi illegal, namun masih tetap menjalankan aksi pembunuhannya terhadap warga kulit hitam. Bahkan, kelompok ini juga menyerang warga kulit putih yang dianggap sebagai pelindung kulit hitam. Aksi Ku Klux Klan memuncak pada dasawarsa 1950-1960-an yang akhirnya memunculkan kelompok perlawanan dari kalangan kulit hitam Amerika dan tokoh tokoh yang menyerukan persamaan hak dan anti rasisme seperti Malcolm X dan Martin Luther King
Namun demikian, hingga kini pemerintah AS dianggap belum pernah melakukan usaha serius untuk memberantas kelompok yang dikatagolrikan berbahaya ini.
Kekejaman KKK dapat disaksikan dari film dokumenter Missisipi Burning, mungkin sampai sekarang masih ada sisa2 anggotanya..
tambahan dari wikipedia :
Ku Klux Klan (KKK) dikenal juga sebagai 'The Klan' adalah sebuah kelompok rasis ekstrim di Amerika Serikat (AS), berdiri pada tanggal 24 Desember 1865.
Kelompok ini berkeyakinan bahwa ras kulit putih adalah ras yang terbaik. Mereka mendirikan organisasi tersebut dengan maksud untuk berjuang memberantas kaum kulit hitam dan minoritas di AS seperti Yahudi, Asia dan Katolik Roma. Meskipun kelompok Ku Klux Klan empat tahun setelah berdirinya diumumkan pemerintah AS sebagai organisasi illegal, namun masih tetap menjalankan aksi pembunuhannya terhadap warga kulit hitam. Bahkan, kelompok ini juga menyerang warga kulit putih yang dianggap sebagai pelindung kulit hitam. Aksi Ku Klux Klan memuncak pada dasawarsa 1950-1960-an yang akhirnya memunculkan kelompok perlawanan dari kalangan kulit hitam Amerika dan tokoh tokoh yang menyerukan persamaan hak dan anti rasisme seperti Malcolm X dan Martin Luther King
Namun demikian, hingga kini pemerintah AS dianggap belum pernah melakukan usaha serius untuk memberantas kelompok yang dikatagorikan berbahaya ini.
Kekejaman KKK dapat disaksikan dari film dokumenter Missisipi Burning.
Langganan:
Postingan (Atom)