“Apa kamu pernah merasakan jatuh cinta. ?” Tanya dia padaku.
“Hhh” Aku tersenyum kecut
“Kenapa kamu tak menjawab. ?” Dia kembali bertanya
“Apa perlu aku menjawabnya. ?”
“Sangat perlu. !”
“Lalu. ?”
“Jawab..” Aku rasa dia mulai geram padaku.
“Baiklah, aku akan menjawabnya. Sekarang. ?” Aku mencoba berkelit.
“Kapan Lagi. ?”
Aku mulai melihat aura kemarahan pada wajahnya,
***
“Apa kamu masih berminat untuk menikahiku setelah aku menceritakan masa laluku. ?” Aku mencoba berlaku hati-hati padanya.
“Aku sedikit kecewa, tapi aku sangat berminat”
“Kamu tidak menyesal jika suatu saat aku akan ... “ Belum selesai aku meneruskan kata-kataku, badanku sudah sakit karna pelukannya yang erat.
“Aku percaya kamu tidak akan mengulanginya”
Aku hanya tersenyum kecut mendengar opininya yang sudah seperti peramal.
“Jika terjadi sebaliknya. ?” Aku balik bertanya.
“Apa maksudmu. ?”
“Kamu tahu, ini kali pertama aku menemukan seorang lelaki sepertimu. Dan aku tak tahu, apakah hatiku akan bisa menerimamu atau malah mengabaikanmu” Aku ingin membuatnya tahu, bahwa aku tidak sanggup mencintainya.
“Sebegitu tegakah nona cantik. ?” Aku melihat wajahnya tertekuk karna ucapanku, terbesit rasa bersalah itu padanya.
“Apa kau rasa aku tega kepadamu tuan tampan. ?”
“Tidak, aku rasa engkau hanya mencoba menggoyahkan hatiku”
“Lalu. ?” Sedikit aku tak mengerti apa maksudnya
“Aku akan mencintaimu meski engkau belum mencintaiku, dan aku akan berharap bahwa kau mengerti cintaku dan lambat laun akan mencintaiku, Cinta” Aku tak mengerti maksudnya, apa dia benar-benar mencintaiku. ? Aku tak tahu.
“Wahai tuan pujangga, kata-katamu mampu membuatku bingung. Sebenarnya, apa yang kau inginkan dariku. ?” Aku mencoba menggali perasaannya terhadapku.
“Aku hanya ingin cintamu, sanggupkah kau memberikan cintamu hanya kepadaku. ?”
Ohh, begitu. Ya. ! sekarang aku mengerti.
“Aku takkan pernah berjanji, tunggu sampai aku mampu menjawab pertanyaanmu” Aku masih takut untuk mencintainya, aku tahu persis bagaimana sifat para lelaki jaman sekarang. Dan aku cukup muak dengan keadaan sekarang.
***
“Begini caranya kau balas cintaku padamu. ?” pekiknya membuatku menitikkan air mata.
Aku mencoba menghentikannya, namun ku tak kuasa. Apa aku salah. ?
“Aku dulu sudah pernah berkata padamu, bahkan aku melarangmu menikahiku. !”
“Oke, memang begitu kenyataanya. Tapi dulu aku sangat yakin kau bisa merubah sifat najismu itu”
Aku merasakan ada yang salah darinya, ucapnya yang sekian lama semakin kasar dan keterlaluan.
“Ya. ! memang aku najis, lalu sekarang kau ingin apa. ? kalau sudah tahu aku najis, kenapa kau dulu menikahiku bodoh. ?” Aku tak tahan mendengar cacian dan makiannya.
“Aku ingin kau berubah untukku. !”
Nadanya yang tinggi membuatku ogah untuk menuruti kemauannya.
“Kenapa aku harus berubah untukmu. ? sedangkan hatiku, sedikit ruangpun tak ada untukmu. Kita hanya dalam ikatan pernikahan, itu cukup. !” Aku melihat dia semakin geram mendengar ucapanku, dan ...
‘Plakk. !’
Ohh, Tuhan. Berani sekali dia menamparku..
“Baik, kalau ini maumu. Aku turuti. ! lelaki memang sama saja, tak punya kasih sayang. Kasih sayangnya hanya untuk nafsu bejatnya. !” Sekali aku mendapatkan tamparan indah dari seorang lelaki. Tamparan dari suamiku sendiri.
“Pergiii, Pergi dari rumahku. ! Temui Pacarmu, Najis jika aku memegang dirimu”
Ya. ! malam itulah, malam yang membuatku semakin membuatku selalu membenci lelaki. Dan malam itu juga aku menemui kekasihku. Aku menangis dalam peluknya, hingga aku tertidur di pangkuannya.
***
“Hallo. ? iya benar.. Ada keperluan apa ya. ? bukankah kau sudah mengusirnya. ? tidak, dia tidak disini” Terlihat aura kemarahan di wajah kekasihku.
Dahiku berkerut,
“Siapa. ?”
“Suamimu, menanyakan kamu” Dia berkata Ketus.
“Apa engkau beniat kembali lagi padanya. ?” Ia meneruskan dengan wajah melasnya.
“Dia memang suamiku, tapi hatiku hanya untukkmu. Aku percaya, kamu juga sangat menyayangiku. Seperti aku sayang padamu” Bulir airmataku menetes bebas.
“Dan ingatlah sayang, aku selalu menyayangimu. Hingga nafasku takkan lagi ada” Dia menangis memandang wajahku, pelukannya membuatku semakin tak kuasa menahan air mata.
Langit seakan tahu apa yang sedang kurasa, awan hitam menyelimuti di luar sana. Tubuhku bergetar hebat. Aku tahu ini salah. Tapi aku tak kuasa menahannya. Cintaku hanya untuk dia. Sebelum aku menikah dengan suamiku, hatiku sudah termiliki olehnya. Dan rasa itu sulit hilang dari diriku. Beribu cara kucoba melupakannya, dan Nihil pecuma.
Semua orang mencemoohku Najis, Hina, bahkan Gila. Tapi aku tidak bisa mendustai hatiku, cintaku hanya untuknya..
Kepada seorang wanita cantik yang sempurna dimataku .
***